Selama ini produk
daur ulang bekas kemasan yang sering ditemui di pasaran seringkali serupa antara
industri satu dengan industri yang lainnya, namun permasalahan yang masih
muncul di dalam produk mereka yaitu melekatnya kesan sampah. Serta proses
penyambungan antara lembar satu, lembar dua dan selanjutnya menggunakan
mesin jahit. Sehingga kekuatan dari struktur produk tersebut masih
lemah.
Tas
bimoli
Dari
produk-produk yang telah beredar di pasaran, maka muncullah pertanyaan, bagaimana menghilangkan
kesan sampah/ bekas pada produk recycle namun karakteristik yang
menarik dari material kemasan masih dapat ditonjolkan?
Bagaimana
mengolah material kemasan agar menjadi sebuah produk yang lebih menarik?
Bagaimana cara penyambungan material selain menggunakan teknik jahit, sementara aluminium laminated plastic film memiliki karakteristik
yang tipis, rapuh, mudah robek ketika dijahit, dan tidak dapat disambung menggunakan
perekat/ lem?
Dan yang paling
penting apakah penelitian kali ini dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebuah lahan
usaha disamping mengurangi dampak buruk pencemaran lingkungan? Siapa saja
yang dapat mengerjakan kerajinan ini?
HASIL KERAJINAN TANGAN DARI LIMBAH KEMASAN SAMPAH BEKAS
Pada eksperimen
1, mencoba memunculkan tekstur yang dapat memberi efek pantulan cahaya/ vibrant
pada permukaan dengan menggunakan mesin jahit. Dapat disimpulkan bahwa teknik
tersebut tidak dapat diaplikasikan pada sebuah produk tas, karena
karakter aluminium laminated plastic film terlalu tipis dan tidak tahan jahitan terutama pada
badan tas akan sering tersentuh dengan tangan.
Eksperimen 2
Eksperimen 2
lebih menonjolkan aluminium laminated plastic film sebagai struktur penopang utama
pada badan tas. Menggunakan teknik pilin dan anyam sederhana, sehingga
didapatkan efek vibrant sesuai dengan konsep desain. Namun masih butuh pengembangan
lagi, karena pada pembuatan prototip ini masih belum menemukan cara untuk
menyelesaikan pinggiran tas dengan rapi, serta masih berusaha mengejar bentuk namun
tidak dapat dilakukan karena kesalahan rangka anyaman.
Di sini teknik
pilin dan anyam akan terus dilakukan, karena akhirnya dapat disimpulkan
bahwa teknik pilin dan anyam yang dapat menyelesaikan permasalahan material
yaitu, memberikan kekuatan pada aluminium laminated plastic film yang rapuh yang
mudah robek, menghilangkan kesan sampah, tidak mempermasalahkan kondisi awal
bekas kemasan aluminium laminated plastic film yang kusut, robek maupun rusak,
serta efek mengkilat pada anyaman yang sesuai dengan konsep
“ecovibrant” dan
menjadi karakteristik berbeda dengan kemasan plastik maupun PVC.
Eksperimen 3
Merupakan
pengembangan dari eksperimen 2 menjawab bagaimana menyelesaikan bagian pinggir
tas, namun ditemukan kesalahan ketika pembuatan rangka. Di sini anyaman
aluminium laminated plastic film berfungsi sebagai struktur utama pada badan tas
sehingga harus kuat menopang beban. Permasalahan yang ditemui adalah pegangan tas
yang tidak bisa menopang beban. Serta apabila teknik ini digunakan sebagai
dekorasi yang menempel pada badan tas, maka akan terlalu kaku karena rangka dalam
anyaman berisi kawat.
Eksperimen 4
Menggunakan
teknik anyam namun berbeda dengan eksperimen 2 dan 3, karena tidak
menggunakan rangka kawat. Anyaman aluminium laminated plastic film di sini lebih kepada
unsur dekoratif pada badan tas, tidak menjadi struktur utama. Struktur utama lebih
kepada badan tas yang terbuat dari kain katun dilapis dengan busa angin. Eksperimen 4
menjawab semua permasalahan terutama mengenai struktur dan kekuatan,
sehingga tidak perlu khawatir ketika tas digunakan akan menjadi robek karena beban
yang berat.
No comments:
Post a Comment